desain rumah ramah hujan angin
- Kategori Induk: ARSITEKTUR & DESIGN
- Diperbarui: Senin, 26 Oktober 2015 08:53
- Ditayangkan: Selasa, 24 Maret 2009 20:37
- Ditulis oleh admin1
- Dilihat: 8210
- 24 Mar
Ketidaknyamanan musim hujan tahun-tahun terakhir ini, akibat terjadinya perubahan tingkat cuaca, baik panas maupun curahan hujan lebat disertai angin kencang yang berlangsung cepat. Dampak pasca hujan dapat dilihat langsung kasat mata disekeliling kita, seperti banjir bandang, tanah longsor, pohon tumbang, ambruknya baliho, tiang listrik/telpon sungai meluap, bahkan hingga pemandangan muntahnya timbunan sampah di sekeliling jalan raya. Bahkan terakhir diekspost dengan gencarnya pemberitaan tentang bobolnya tanggul sungai hingga dampak angin puting beliung yang makin ‘akrab singgah di beberapa kota di Indonesia.
Kalau boleh disimpulkan, hujan yang terjadi tahun terakhir ini dalam kondisi yang ‘ekstrim’, sebenarnya telah diprediksi dari kajian beberapa pakar hingga pertemuan membahas dampak Global Warming beberapa waktu yang di pulau Dewata. Sementara pihak bisa saja beragumen apakah betul kesemuanya itu mengakibatkan beberapa bencana yang kita temui atau menipisnya kepekaan kita dalam merespond fenomena alam.
Dampak hujan angin di sekeliling rumah kita
Pada skala rumah tinggal kegelisahan perilaku hujan saat ini sebenarnya cukup beralasan. Beberapa kejadian seperti atap genteng terbang karena tiupan angin kencang, tampias cucuran air yang berlebihan karena hujan disertai tiupan angin yang besar hingga fenomena pemadaman jaringan listrik menjadi pelengkap rasa ketidaknyamanan dalam bernaung saat musim hujan.
Beberapa kondisi berikut seringkali ditemukan dalam skala rumah tinggal. Diantaranya tidak tertampungnya air hujan dalam suatu talang/ talang yang jebol, sehingga mengakibatkan melimpahnya air kedalam ruangan, dinding basah dan perembesan disela pertemuan kusen dan dinding hingga mengakibatkan bercak ‘panu-panu’/ pulau rembesan air pada dinding dan plafond pasca turun hujan.
Segala bentuk kekhawatiran akan ketidaknyamanan selama waktu hujan bagi penghuni rumah tinggal sangatlah beralasan. Sehingga seorang arsitek dituntut harus lebih bijak mensikapi rancangannya dalam merespond ketidakramahan cuaca sesuai detail permasalahan.
Rumah tradisional : guru yang bijak
Berbagai desain rumah tradisional di bumi Nusantara ini, hadir secara ramah pada lingkungan dan iklim setempat, serta telah teruji selama sekian abad.
Bentuk respon terhadap kondisi cuaca pada rumah tradisional diantaranya adalah bentuk atap yang miring, sebagai usaha antisipasi cucuran hujan serta usaha ‘menyambut’ terpaan angin hingga merespond pancaran panas sinar matahari. Dengan demikian ambience dalam hunian selalu sejuk di musim panas dan hangat di musim dingin dan yang terpenting selalu nyaman bagi penghuni dibawahnya dalam melakukan aktifitas.
Pelebaran atap ke samping bangunan atau bentuk tritisan, selalu diposisikan untuk melindungi bidang dinding dan bukaan dibawahnya, dari cucuran air hujan ataupun sinar matahari yang masuk kedalam ruangan. Material pembentuk dinding selalu dari bahan baku yang diselaraskan dengan
lingkungan sekitarnya. Posisinya cenderung lebih menjorok kedalam dan tidak tampil ekspose, sehingga tampilan detail kreatifnya dapat terwadahi. Dan akhirnya elemen kaki bangunan yang berupa desain dan konfigurasi bentuk lantai tiang penyangga bangunan juga mempunyai makna yang mendalam dalam mensikapi keramahan pada lingkungan alam dan kultur.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan adanya 3 faktor yang menjadi perhatian untuk merespon kondisi cuaca, yaitu atap, dinding dan kaki bangunan.
Antisipasi Dampak
Guna mengurangi dampak curah hujan angin yang tidak dikehendaki dalam suatu hunian, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan terhadap elemen atap, dinding dan kaki bangunan. Antisipasi dampak dilakukan dalam dua tahapan. Pertama adalah langkah antisipasi dalam hunian yang eksis atau sedang ditempati dan kedua, antisipasi dalam suatu rancangan yang hendak diaplikasikan kemudian hari.
Desain atap : “bukan sekedar mahkota bangunan”
Dulu kita mengatakan bahwa mahkota suatu bangunan adalah atapnya, sehingga eksplorasi desain atap terkadang mengalahkan fungsi dari bangunan yang dimaksud, apalagi kalau sudah terpaku pakem ‘citra’ kedaerahan. Pada kondisi hujan lebat disertai angin kencang, elemen atap menjadi ‘santapan’ awal dampak cuaca ekstrim ini, terlebih bila atap itu tidak berfungsi secara struktural atau melindungi maka akan makin fatal dampak yang diakibatkan. Hampir 100% kerusakan bangunan akibat angin puting beliung pasti ditemukan kerusakan di elemen atap.
Berikut beberapa trik desain atap :
*Hunian yang eksis/sudah ditempati
- Menjelang musim hujan periksa posisi penutup atap. Adakah bagian genteng yang mungkin melorot? Segera lakukan perbaikan. Jangan memeriksa genteng saat ditemukan kebocoran, apalagi dilakukan perbaikan saat hujan belum reda.Banyak kecelakaan menimpa para pekerja saat memperbaiki rumah dalam kondisi turun hujan. Kondisi angin kencang, sebaiknya disikapi dengan pemakuan kembali ataupun penguncian dengan bilah papan pada lembaran seperti asbes, seng atau jenis lainnya. Lembaran atap seperti ini sangat potensial terbang bilamana cara ‘pengunciannya’ asal menempel.
- Yakinkan bidang atap dalam keadaan bersih, terutama jurai dalam/talang kantong dari kotoran-kotoran dedaunan atau tumpukan sampah lapuk yang potensial menjadi humus dan media subur untuk tumbuh tanaman liar. Apalagi bagi mereka yang lingkungannya banyak ditemukan pemeliharaan burung atau hewan terbang lainnya.
- Periksalah kualitas talang. Kehadiran ‘tamu yang tak diundang’ seringkali menyebabkan talang menjadi cepat lapuk, berkarat, sobek , lepas lem perekatnya, terkikis lapisan semen/aciannya, yang berpotensi menyebabkan terjadinya kebocoran aliran air hujan yang tidak dikehendaki.
- Bilamana perlu dilakukan penggantian talang/saluran air dari bidang atap. Sebaiknya dimensi corong dan lebar talang perlu diperbesar ukurannya, mengingat kuantitas air hujan terakhir ini relatif besar.
- Jangan membiasakan menambah fungsi ‘ekstra‘ dari ruang atap sebagai tempat menyimpan barang bekas serta menambah beban ekstra pada bidang atap. Ingatlah kondisi lingkungan awan gempa/gerakan tanah. Bidang atap yang berat dan tak terencana dengan baik akan berpotensi terjadinya atap rubuh.
* Rancangan hunian baru
- Volume curahan hujan angin, bertendensi memiliki beban besar. Karena itu, dalam suatu rancangan harus diperhatikan dengan betul konstruksi dan kekuatan kuda- kudanya, terutama hubungan antara pilihan material kuda-kuda dengan elemen penutup atap. Cek dan periksa dengan seksama, apakah tren pemakaian kuda-kuda baja ringan juga sesuai untuk segala penutup atap yang menjadi pilihan kita ? Perlu diperhatikan pula bahwa fungsi atap sekarang harus siap menopang beban dinamis lain yang relatif besar dan datang dadakan (angin dan curahan hujan). Saran bijak dari seorang ahli konstruksi bangunan, jangan terlampau berhemat pada elemen konstruksi dibanding elemen estetisnya, karena dampak yang ditimbulkan akan sekian kali lipat bahkan nyawa penghuni dibawahnya menjadi taruhan.
- Pilih pemakaian material genteng/lembaran penutup atap yang pengunciannya antar genteng tercepit dengan baik. Hal ini bermanfaat untuk menghindari masalah kemelorotan dan kemungkinan terbang karena terpaan angin. Akan lebih baik jika diketahui arah dominan angin dari suatu lokasi hunian. Misalnya jika angin selalu datang dari sisi belakang dan samping bangunan, maka perlakuan pada sisi tersebut harus selektif. Salah satunya dengan menghindari pemakaian fiberglass yang terekspos dan mudah sobek, atau bentuk desain menantang angin untuk penutup atap dari suatu bangunan yang relatif tinggi.
- Berkreasi dalam eksplorasi desain atap pelana lebih disarankan daripada atap yang dominan terbentuk jurai dalam/atap talang. Hal ini sebagai usaha untuk menghindari kemungkinan terjadinya kebocoran tampungan air hujan.
- Telaah secara bijak desain atap dari rumah adat/tradisional untuk mendapatkan ide pengembangan desain yang ramah lingkungan.
Tips
Desain elemen arsitektur antisipasi curahan hujan angin
- Pilihan bentuk atap : kemiringan, hindari jurai talang,
- Hindari material penutup atap/ penempatan perkakas yang berat di bagian atas bangunan
- Pelapisan pada material penutup atap untuk menghindari kebocoran/tampias/cucuran air hujan dari celah genteng
- Perlebar tritisan mengelilingi bangunan, khususnya pada bukaan jendela
- Bentuk tritisan miring lebih efektif dibanding tritisan datar pada dimensi bentangan yang sama
- Arif memperlakukan cucuran air hujan yang jatuh ke halaman : lancar terbuang,hindari genangan karena kondisi tanah mungkin jenuh air.
- Pilihan material dinding untuk menjaga kelembaban/ rembesan air hujan
- Pilihan tepat jenis kusen dan jendela yang jelas terkena kontak langsung hujan dan panas.