Hidupkan Budaya Lewat Gaya Desain
- Kategori Induk: PROPERTY & REFERENSI BISNIS
- Diperbarui: Senin, 26 Oktober 2015 08:53
- Ditayangkan: Kamis, 07 Juli 2011 07:00
- Ditulis oleh admin1
- Dilihat: 2572
- 07 Jul
Sosok desainer interior satu ini dikenal kerap menyuguhkan sentuhan etnik dalam setiap karyanya. Ditengah kesibukan kontribusi profesinya, Susilowati mencoba mengenalkan pembaca untuk lebih mencintai produk seni budaya bangsa sendiri.
Nama perempuan yang lebih akrab dipanggil Ilo ini sudah tak asing lagi terdengar di ranah desain interior. Mantan mahasiswa Jurusan Desain Interior, Universitas Trisakti, Jakarta ini memulai kariernya sebagai penulis serta stylist untuk rubrik Rumah dan Kebun di majalah wanita Femina. Profesi tersebut dilakoninya sesaat setelah menimba pengalaman di beberapa exhibition yang menuntutnya untuk berpikir, mendesain hingga mengeksekusi dalam waktu cepat. Berbekal dari pengalaman ‘kecil’ inilah, Ilo beranjak kepada jenjang pengalaman selanjutnya. Baru kemudian di tahun 1992, ia melanjutkan studi untuk memperdalam apresiasi seninya dengan mengambil spesialisasi Display di Academia Atelier, Roma, Italia. Baru sesudahnya, Ilo memberanikan diri untuk membuka jasa design consultant di Jakarta.
Desain itu dekat dengan seni
"Sejatinya memang seorang desainer dituntut untuk mampu mengerjakan beragam jenis desain yang disodorkan oleh klien. Namun saya pribadi lebih mencintai ragam desain bergaya etnik dan berlatar belakang budaya, khususnya Indonesia,” tuturnya. Tak heran, jika dalam kebanyakan desainnya Ilo sebisa mungkin selalu menambahkan sedikit atau bahkan lebih banyak unsur etnik, yang juga dibalut secara fashionable dan gaya hidup modern. Menurutnya, desain interior itu harus selalu membawa kenyamanan dan memiliki cita rasa tinggi, oleh karenanya Ilo gemar memasukkan unsur seni budaya yang memang bercita rasa tinggi. Tak heran, jika kebanyakan karya-karyanya lebih mengarah kepada pandangan etnik yang sarat unsur seni budaya Indonesia. “Saya beranggapan bahwa proses mendesain dan mengkonsep bukanlah sebuah proses instant, patut ada pendekatan seni didalamnya. Oleh karena itu, saya selalu menekankan kepada anak didik saya agar tidak mudah putus asa, dan lebih menghargai seni. Jangan sampai identitas dan backgroud culture tidak terlihat dalam setiap karya yang dibuat, ” tutup Ilo seraya mengingatkan.
Etnik tidak identik dengan “berat”
Sedikit masukan dari Ilo, bahwasanya penggambaran gaya etnik dalam desain interior tidak melulu harus didominasi dengan warna kayu yang berat. Seperti kebiasaannya yang kerap memadu padankan etnik dengan gaya modern, Ilo juga menyarankan agar gaya etnik bisa tampil lebih chic dan ringan. Semisal, mewarnai kursi atau meja kayu dengan warna putih dan menambahkan bantal warna-warni diatasnya. Hasilnya sebuah pemandangan etnik dengan sentuhan sedikit modern.
Trade mark extreme design
Komitmennya yang serius terhadap desain interior bergaya etnik, membuat setiap karya-karyanya mudah dikenali. Karena semodern dan seringan apapun, Ilo selalu menambahkan sedikit nilai seni budaya kedalamnya. Selain itu trade mark lain yang juga menonjol adalah penerapan konsep extreme design. Semisal, ukuran perabot yang tak biasa seperti lampu ruangan yang cukup besar dari lampu pada umumnya, seakan telah menjadi ciri khas darinya.
Profesi sebagai seorang desainer, dosen dan kini merambah ke bisnis kuliner pun dilakoni oleh Ilo. Wanita yang ternyata gemar sekali berwisata kuliner ini, baru-baru ini me- launching sebuah restoran di kawasan Jeruk Purut, Jakarta Selatan. Ketika majalah Rumahku diundang untuk bertamu kesana, atmosfer gaya desain seorang Ilo terasa begitu kental di dalam sini. Meski diakuinya hanya melakukan dressing dari bangunan yang sudah ada, namun suasana campur tangannya begitu terasa di dalam restoran bergaya rumah Joglo ini. Penasaran seperti apa trade mark desain seorang Ilo? Silahkan datang sambil mencicipi hidangan khas di restoran yang berada tepat disamping pemakaman Jeruk Purut ini.