Material Ramah Lingkungan Bukan Sekadar Tampilan Semata
- Kategori Induk: PROPERTY & REFERENSI BISNIS
- Diperbarui: Senin, 26 Oktober 2015 08:53
- Ditayangkan: Selasa, 13 Desember 2011 22:05
- Ditulis oleh admin1
- Dilihat: 2377
- 13 Des
Fungsi bahan bangunan, kini tak sekedar memperindah tampilan fisik semata. Namun, berkat teknologi yang semakin berkembang material bahan bangunan pun sudah mengarah kepada konsep ramah lingkungan.
Memilih material kini telah menjadi kunci untuk mendapatkan sebuah hunian yang memenuhi semua persyaratan. Entah itu dari sisi harga, kualitas, keindahan hingga tampilan. Namun, kini pertimbangan itu hanya menjadi beberapa faktor saja karena era itu telah bergeser akibat semakin cerdasnya konsumen dalam memilih. Misalnya saja, seperti memilih material yang sehat dan ramah lingkungan.
Kesadaran memilih material bangunan seperti itu memang semakin tak terbantahkan sehingga banyak istilah baru yang muncul di publik untuk material seperti demikian. Mulai penyebutan ecofriedly atau green sering kali disandingkan bagi material terkini. Otomatis para produsen pun dibuat berpikir keras untuk mempersamakan persepsi tentang material-material yang bisa mengawal kualitas bahan bangunan berkonsep ramah lingkungan. Namun yang pasti fenomena itu bukan sekadar ikut-ikutan atau tren semata namun karena konsumen telah menyadari pentingnya kualitas material yang ramah lingkungan dan partisipasi individual pada isu-isu yang bersifat global ‘Think Globally, act individually’.
Karenanya, tak heran jika saat kini para produsen berlombalomba mengarahkan produksinya yang bersifat ramah lingkungan. Kalau tidak, mereka akan ditinggalkan konsumennya dan lebih memilih material yang memiliki relevansi langsung atas material yang dimilikinya. Namun yang pasti, secara langsung produk-produk material seperti ini kadangkala tidak memiliki arti sebenarnya, jika sosialisasinya tak berjalan untuk menjelaskan mana produk-produk yang ramah lingkungan dan mana yang tidak. Karenanya, perlu pendekatan dengan berbagai cara. Ambil contoh, tentang manfaat yang didapat terhadap pengaplikasian material bangunan, kemudian bahan baku apa saja yang digunakan saat membuat material tersebut. “Karena semakin kecil energi yang tersimpan dalam material tersebut, semakin ramah pula produk atau material dilihat dari perspektif lingkungan,” kata Anton Ginting GM Marketing PT Cipta Mortar Utama.
Konsisten Usung Konsep
Sebuah karya arsitektur disebut ramah lingkungan jika minim pemanfaatan sumber daya alam seperti minyak bumi dan hasil tambang lain, serta minimal dampak negatif terhadap lingkungan. Kayu dan bambu, termasuk material ramah lingkungan karena dapat tumbuh kembali. Berbeda dengan logam yang akan habis usai ditambang. Material hendaknya dapat memenuhi salah satu atau lebih kriteria : dapat diperbaharui (renewable), dapat digunakan kembali (reuse), dan dapat didaur ulang (recycle).
Fakta yang menarik saat kini adalah kegencaran para produsen material bangunan mengusung konsep ramah lingkungan. Seperti produsen cat misalnya, mereka kini bukan lagi melihat fungsi cat sebagai pelindung dan pemberi keindahan warna saja, tapi sudah mempertimbangkan berbagai aspek kesehatan dan keamanan. Begitu pula halnya dengan produsen semen. Biasanya mereka mempertimbangkan bahan campuran yang siap dipakai sebelum diproduksi. Namun, berkat teknologi yang dimiliki saat kini, bahan campuran semen pun sudah masuk dalam konsep yang ramah lingkungan.
“Berkat teknologi dan rancangan yang sudah diakomodasi dari negara-negara Eropa tingkatan kinerja campuran bahan baku semen kini telah diberikan beberapa zat aditif untuk memenuhi kriteria ramah lingkungan,” ungkap Anton.
Penggunaan material bahan bangunan yang tepat berperan besar dalam menghasilkan bangunan berkualitas yang ramah lingkungan. Beberapa jenis bahan bangunan ada yang memiliki tingkat kualitas yang memengaruhi harga. Seiring dengan kesadaran terhadap pemakaian produk-produk ramah lingkungan saat ini makin banyak produsen yang berupaya menghasilkan produk eco friendly. Mari kita simak beberapa diantaranya .