Cerdas Memilih Desain di Rumah Mungil
- Kategori Induk: ARSITEKTUR & DESIGN
- Diperbarui: Senin, 26 Oktober 2015 08:53
- Ditayangkan: Kamis, 25 April 2013 21:01
- Ditulis oleh admin1
- Dilihat: 2629
- 25 Apr
Memiliki rumah dengan luasan terbatas, janganlah berkecil hati. Melalui penataan interior yang cerdas, rumah mungil tetap dapat tampil cantik dan apik.
Dalam sebuah rumah, idealnya perancangan ruang dalam dilakukan secara beriringan dengan bangunan sebagai wadahnya. Keduanya saling melengkapi, sehingga menghasilkan desain yang seutuhnya. Tentunya, kebutuhan dan kebiasaan serta gaya hidup penghuni, menjadi hal mendasar yang harus dipertimbangkan dalam sebuah perancangan. Lantas, bagaimana jika tata ruang dalam baru dipikirkan setelah bangunan rumahnya siap? Sebagai contoh adalah “rumah jadi” yang dibeli dari pengembang di suatu wilayah tertentu. Nah, disinilah tantangan yang ditemukan. Bagi para arsitek atau desainer interior, mendandani interior sebuah ruang tentu bukanlah hal yang sulit. Namun, bagi orang awam, bisa jadi ini sebuah pekerjaan yang tak mudah.
Problem umum yang kerap dijumpai adalah minimnya ide mendekorasi. Keberadaan ruang-ruang yang ada (eksisting) tak jarang membuat mati langkah pemiliknya, sehingga tatanan rumah tampil seadanya. Padahal harapannya adalah, ruangan harus tampak indah, cantik, harmoni, namun juga nyaman bagi penggunanya.
Berkunjung ke kediaman keluarga Uti di bilangan Bumi Serpong Damai, kita akan disuguhkan sebuah penataan interior yang inspiratif untuk rumah dengan luasan terbatas. Rumah dua lantai seluas 180 meter persegi dengan luas tanah 150 meter persegi yang merupakan “rumah beli jadi” ini, berhasil tampil apik sekaligus nyaman, berkat penerapan elemen interior yang pas.
Astri Kania selaku sang desainer interior, banyak memberikan masukan kepada keluarga Uti dalam hal penataan interior, dengan mempertimbangkan kebutuhan dan tuntutan keluarga muda ini. Secara konstruksi tidak dilakukan perubahan ruang eksisting. Astrid lebih banyak melakukan sentuhan berupa pemilihan warna, furnitur, soft furnishing, serta pengolahan dinding untuk mendapatkan ambience yang menyenangkan. Meski penggunaan built-in furniture diketahui menjadi solusi tepat untuk memaksimalkan ruang, namun hal itu tidak dilakukan secara menyeluruh di rumah ini. Loose furniture lebih menjadi pilihan bagi penghuni rumah. Selain mengingat keterbatasan dana, loose furniture juga lebih fleksible. Jika suatu saat si penghuni pindah ke tempat lain, loose furniture bisa tetap digunakan di rumah baru, berbeda dengan built-in furniture.
Ruang tamu yang mungil, keberadaannya masih tetap dipertahankan. Mengingat jarang ada tamu yang datang, cukup disediakan dua buah single chair dan sebuah side table di ruang ini. Tema warna abu-abu di area ini, dihadirkan lewat pilihan warna dinding, kursi, dan karpet. Sebagai penyeimbang, abu-abu dipadu dengan putih sehingga nampak dinamis, melalui penggunaan partisi yang didesain secara custom. Partisi berfungsi membatasi ruang tamu dan ruang keluarga, untuk memberi privasi di ruang keluarga. Beranjak ke ruang selanjutnya, terdapat ruang keluarga yang menyatu dengan ruang makan. Tema abu-abu dan putih masih menjadi benang merah penataan, yang ditampilkan lewat pilihan soft furnishing seperti gordyn, upholstery sofa ataupun kursi makan. Demikian pula untuk panel televisi, yang masih mengusung tema senada. Astri mengkombinasikan material plywood, wallpaper dan cermin, dalam panel dinding yang terkomposisi menjadi bentuk yang dinamis.
Di penghujung ruang makan berhadapan dengan halaman belakang, ditempatkan lemari built-in, untuk menyimpan perlengkapan penunjang makan, sekaligus tempat wastafel untuk cuci tangan. Desain lemari yang menerus hingga plafond, membuat ruangan terlihat kompak dan rapi. Tak banyak dilakukan sentuhan khusus di lantai satu. Penataan interior rencananya dilakukan secara bertahap, seiring ketersediaan dana dan tuntutan kebutuhan. Cerdas memilih desain, haruslah diutamakan, baik itu dari sisi biaya, desain maupun kelangsungan waktu. Meski demikian, saat ini tatanan yang ada sudah berhasil menciptakan suasana menyenangkan, sekaligus memberi kenyamanan bagi penghuninya. Karena sejatinya, bukan kemewahan dan besaran ruang yang menentukan nyaman tidaknya sebuah rumah, namun bagaimana penghuni dapat merasakan homey seutuhnya. Feels like home.