Ketika Jiwa itu Datang Kembali
- Kategori Induk: TIPS & ACCESSORIES
- Diperbarui: Senin, 26 Oktober 2015 08:53
- Ditayangkan: Jumat, 20 Maret 2009 21:42
- Ditulis oleh admin1
- Dilihat: 2927
- 20 Mar
Lini memang bukan ‘orang baru’ dalam kancah seni lukis nasional. Hari ini dia kembali lagi. Ia menemukan kembali media ekspresinya setelah 20 tahun tenggelam dalam lautan kesibukannya.
Dulu, katanya, yang muncul adalah imajinasi kanak-kanak. Alam pikirannya berada di dalam ruang dua dimensi walau sebetulnya imajinasinya telah menembus ke mana-mana. Imajinasinya memang luar biasa, dan diakui banyak tokoh besar di negeri ini. WS Rendra menulis: “Lukisan Lini adalah Firdaus yang hilang.” Affandi, maestro seni lukis Indonesia bahkan menulis: “Saya ngiler melihat lukisan Lini. Saya ingin jadi anak-anak lagi, melukis bersama Lini.”
Kelahirannya kembali membawa taksu (jiwa) yang berbeda. Sekarang ketika muncul kembali, capaian imajinasinya secara kasat mata ia teroboskan dalam bentuk tiga dimensi. Sebuah ide dan kreativitas yang tak biasa.
“Saya tidak ingin terbelenggu dengan batasan dua dimensi, saya merasa lukisan itu tidak ada batasnya. Tentu saja timbul sesuatu dalam sesuatu yang baru,” jelasnya.
Karya yang sekarang adalah karya dalam pikiran terbarunya. Meski vakum sekian lama di khalayak publik, namun dengan melihat karya-karya Lini yang sekarang tampak dia terus berproses dalam alam bawah sadarnya.
Pameran ini merupakan aktualisasi awal Lini dalam mengejawantahkan apa yang menjadi pandangannya. Oleh karena itu pameran ini diberi judul The Eye’s of Lini. Setelah ini, kita akan menunggu apa saja yang akan menjadi karya selanjutnya dari alam pikiran Lini yang bergejolak dan sudah tidak tenang lagi, menerpa batas-batas dua dimensi. “Saya ini ingin dianggap sebagai seorang pelukis dan tetap seorang pelukis, namun alam pikirannya saja yang tidak mau dikekang oleh batasan dua dimensi,” katanya.
Darah seniman memang tak bisa berhenti mengalir. Tuhan menciptakan daya kreasi dalam aliran tubuhnya. Jika kemudian terhenti, suatu saat pasti akan kembali lagi. Karya-karya Lini sejak dulu dikagumi karena kebebasan berekspresi dan keberanian dalam memilih warna dan menorehkan garis atau menyapu bidang. Dan kini dia tetap bebas dan berani dengan pikiran dan pandangan yang baru.
Dalam pameran ini, Lini bukan hanya ingin membuat tonggak lain dalam perjalanan seni lukisnya. Ia ingin mengulang sukses tahun 1978, ketika banyak orang menyaksikannya secara langsung menggambar “Parenthesis IV” ukuran 2 x 6 meter di atas fiberglass, hanya dalam 40 menit. Lini memang ingin mengulang sukses itu, walau tidak ekivalen (sama persis). Namun ini ingin memperlihatkan jika jiwa berkarya tidak bisa mati, namun hanya sesaat terhenti.