Alternatif Material Dinding
- Kategori Induk: ARSITEKTUR & DESIGN
- Diperbarui: Senin, 26 Oktober 2015 08:53
- Ditayangkan: Jumat, 13 Agustus 2010 17:29
- Ditulis oleh admin1
- Dilihat: 8742
- 13 Agu
Pilihan material dinding, seperti bata merah dan bata putih kini semakin beragam. Namun, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.Bagi orang awam, pilihan memakai bata merah sebagai material dinding tentu sudah lazim. Maklum, material ini selalu akrab dipakai dalam membangun rumah. Namun, kehadiran bata putih atau dikenal dengan bata ringan untuk membuat dinding kini semakin mendominasi tampilan rumah-rumah.
Jelas saja, karena dahulu di pasaran bahan bangunan di Indonesia - material yang dalam istilah generiknya disebut beton aerasi ini banyak digunakan pada bangunan gedung bertingkat. Dan, belakangan ini bata putih telah menjadi material alternatif pengganti dinding.
Harga & Efektifitas
Biasanya bata ringan ini dijual dalam ukuran 60cm x 30cm, dengan ketebalan yang bervariasi. Umumnya untuk dinding biasa menggunakan balok dengan ketebalan 7,5 dan 10 cm. Untuk harganya, bata ringan biasanya dijual dalam bentuk satu blok palet berukuran 1 m² sekitar Rp 650 ribu. Satu palet bata untuk ketebalan 10 cm berisi kurang lebih 83 buah bata ringan. Atau dengan kata lain, satu keping bata ringan harganya dijual Rp 8 ribu.
Jika dilihat dari harga satu kepingnya, memang lebih mahal ketimbang harga bata merah yang per buahnya sekitar Rp400– Rp500. Dan, bila dihitung dari kebutuhan per meter persegi dinding, harga material bata ringan ini menjadi sekitar Rp 67 ribu karena 1 m² dinding membutuhkan kurang lebih 8,5 keping bata ringan. Menyimak perbandingan harga per buah dan kebutuhan per meter perseginya, bedanya mungkin lumayan jauh dari bata merah. Dan, perbedaan harga inilah yang membuat beberapa orang menganggap material bata putih jauh lebih mahal.
Padahal, jika ditilik dari tingkat keekonomian bata ringan -sebenarnya tidak dapat dilihat dari sisi harga materialnya saja, tapi harus dihitung juga dari keseluruhannya. Mulai dari material pendukung untuk bahan perekat, ongkos tukang hingga hasil akhir yang di dapatkan. Sebab, kebutuhan material penunjang seperti semen dan pasir bisa dihemat. Penggunaan adukan mortar untuk pasangan bata putih lebih hemat, karena kebutuhannya lebih tipis, yaitu hanya setebal kurang lebih 3 mm. Sedangkan pemasangan bata membutuhkan adukan pasangan setebal kurang lebih 1,5 cm-2 cm.
Selain itu, mortar untuk plesteran bisa dihilangkan karena dinding dari bata ringan bisa langsung diaci. Sedangkan dari sisi waktu pengerjaan dan pemasangan, bata putih jauh lebih cepat sehingga ongkos tukang menjadi murah. Ambil contoh, dalam sehari volume pekerjaan dinding beton ringan aerasi untuk dua orang tukang mencapai sekitar 12–15 m². Bandingkan dengan pemasangan bata biasa. Sehari hanya dihasilkan dinding seluas sekitar 6 m².
Irit Volume Struktur
Karena bobotnya yang ringan, otomatis volume elemen struktur bangunan pun bisa direduksi. Terutama jika beton aerasi digunakan untuk dinding pada lantai dua keatas. Sedangkan, volume elemen struktur sepeti kolom, balok, plat lantai, dan pondasi bisa dikurangi karena beban mati bangunannya ringan. Sehingga, pantas dianjurkan sebagai material dinding pada bangunan yang berada di daerah rawan gempa. Menurut perhitungan, berat jenis normal bata putih sekitar 575 kg/ m2. Dan, berat jenisnya lebih kecil dibanding berat jenis air. Bandingkan dengan berat bata per meter kubiknya. Jadi, jelas bahwa fenomena bata putih sepatutnya bisa menggantikan perspektif masyarakat tentang bata merah. Atau, dengan kata lain bisa menjadi material alternatif pengganti material dinding.
Comments
kic-indonesia.com
RSS feed for comments to this post