Tolilet Umum-Pendukung Bepergian dengan Nyaman
- Kategori Induk: ARSITEKTUR & DESIGN
- Diperbarui: Senin, 26 Oktober 2015 08:53
- Ditayangkan: Selasa, 07 April 2009 18:10
- Ditulis oleh admin1
- Dilihat: 3412
- 07 Apr
Tetapi yang kita temui dilapangan …….. menyedihkan keadaannya. Pada umumnya selalu dalam kondisi basah dan tidak bersih dan fasilitasnya kurang lengkap. Kenapa……? Hal ini karena kurangnya kesadaran akan kebersihan bagi pemakainya, dan juga pemeliharaannya yang kurang diperhatikan.
Keprihatinan WTO ( World Toilet Organization ) akan bahaya penyakit menular yang semakin beragam, yang mana penyebarannya ditengarai melalui toilet umum sehingga ke depan kondisi toilet umum yang baik sangat dibutuhkan.
Di negara-negara tetangga kita saat ini, layout toilet umum sudah mengalami banyak perubahan yang cukup berarti. Jalan masuk ke dalam toilet umum sudah tidak lagi memakai daun pintu, tetapi dibentuk menjadi semacam selasar berbentuk huruf “S”. Daun pintu hanya ada di masing-masing kompartemen WC, dan pintu itu selalu membuka keluar untuk memastikan pintu bisa dibuka dengan mudah dari luar dalam keadaan darurat.
Penggelontoran tidak lagi perlu menggunakan telapak tangan, tetapi setiap WC sudah dilengkapi dengan sensor infra merah atau pedal di lantai atau di dinding. Begitu juga dengan wastafel, kerannya dilengkapi dengan sensor infra merah atau pedal yang bisa digerakkan dengan siku. Perubahan ini dikenal dengan gerakan “hands-free”, yaitu gerakan yang menghimbau setiap orang untuk mengurangi penggunaan telapak tangan pada saat di toilet, karena melalui telapak tanganlah penyebaran berbagai macam penyakit itu terjadi.
Menurut survey WTO, tidak kurang dari 50% kaum pria tidak mencuci tangannya setelah keluar dari WC. Demikian juga dengan kaum wanita kurang lebih 25% mereka tidak mencuci tangannya setelah keluar dari WC. Kesadaran akan mencuci tangan dengan sabun setelah dari WC pada akhirnya akan dapat menyelamatkan banyak jiwa. Kesadaran inilah yang harus kita pupuk dan kita tingkatkan.
Di Indonesia terdapat beberapa bandara yang memiliki toilet umum dengan disain dan penampilan yang unik serta menyenangkan. Misalnya toilet umum di bandara Ngurah Rai, Bali. Di bagian depan urinal di dalam toilet pria dihiasi dengan akuarium berisi ikan hidup. Sedangkan Sunda Kelapa Lounge di Bandara Soekarno Hatta, Jakarta memberikan kesempatan bagi siapa saja yang menggunakan toilet pria untuk menikmati pemandangan pesawat-pesawat yang hilir mudik mendarat dan lepas landas. Tetapi sayang sekali toilet wanita di ruang tunggu ini terkesan sempit dan tertutup.
Tetapi masih banyak ditemui ketidaksesuaian disain standar toilet umum yang terjadi, dimana sebagian besar toilet pria justru lebih luas dibandingkan toilet untuk wanita. Berdasarkan hasil penelitian, wanita menggunakan toilet 3x lebih lama dibandingkan kaum pria. Sehingga muncullah ketentuan dalam Standar Toilet Umum bahwa kompartemen WC dalam toilet wanita berjumlah minimal 2x lebih banyak dibandingkan untuk kaum pria.
Sejalan dengan semakin banyak dan seringnya orang bepergian, mereka cenderung untuk bepergian dengan tidak membawa banyak bagasi berat/besar. Mereka hanya membawa tas-tas biasa yang akan selalu dibawa selama di dalam perjalanan, termasuk ketika sedang menggunakan toilet. Sebagai respon terhadap fenomena ini, toilet umum di dalam bandara dituntut untuk mempertimbangkan hal ini dengan seksama, dan merancang toilet-toilet umum yang cukup luasannya untuk mengakomodasi kebutuhan tersebut.
Kita patut berbangga hati karena sudah semakin banyak tempat-tempat makan atau restoran menyediakan fasilitas toilet umum yang tidak hanya bersih, tetapi juga dekoratif. Sayang sekali toilet-toilet umum untuk sebagian besar tempat-tempat publik tak terbatas seperti terminal transportasi umum, taman rekreasi dan tempat olahraga untuk umum masih dalam kondisi menyedihkan, bahkan ada suatu tempat olahraga umum di pantai Kuta yang tidak memiliki fasilitas ini.
Untuk masa depan, kita dituntut untuk menyediakan fasilitas toilet umum yang memadai di area-area pedestrian atau area bagi pejalan kaki (kaki lima) yang baik serta sesuai dengan ketentuan yang ada dalam Standar Toilet Indonesia. Memang sudah ada sebagian orang yang menyediakan fasilitas ini bagi pejalan kaki/kaki lima tapi keadaannya masih memprihatinkan.
Sekolah-sekolah juga harus mulai membenahi toiletnya, karena kondisi toilet yang sempit, gelap, kotor, bau dan membuat anak-anak sekolah malas pergi ke toilet. Mereka cenderung mengurungkan niatnya atau menahannya untuk menggunakan toilet dan ‘melegakan’ tubuhnya. Kondisi seperti ini apabila dibiarkan lambat laun dapat mengganggu kesehatan anak-anak tersebut dimasa depannya, khususnya kesehatan kandung kemih.
Belum lagi tuntutan yang makin besar akan fasilitas toilet bagi orang-orang dengan ‘keterbatasan fisik’. Keterbatasan fisik di sini tidak hanya mencakup orang-orang dengan cacat fisik, tetapi juga bagi kaum manula, anak-anak dan wanita hamil.
Merekapun butuh untuk merasa nyaman dan aman setiap saat. Sedangkan fasilitas bagi mereka masih sangat terbatas.
Betapa nyamannya apabila kita tahu bahwa fasilitas ini tersedia dimana saja, gampang ditemukan, selalu dalam keadaan bersih, kering, harum dan sehat.