Rumahku Investasiku

Bagi presenter cantik seperti Fenny Rose, rumah idaman adalah rumah yang bisa berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga dan sekaligus bermanfaat untuk investasi di masa datang.
Siapa yang tak kenal dengan sosok perempuan baya yang acapkali tampil dalam tayangan Silet di sebuah stasiun televisi swasta ini.
Lagak ragamnya selalu mengingatkan pemirsa fanatiknya untuk meniru bahkan bertingkah layaknya Fenny Rose.  
Tapi, hebatnya ia tak hanya mampu berakting di layar kaca, tapi juga cakap memberi tanggapan soal manfaat rumah idaman baginya. Tak heran, ia dipercaya memandu acara bertajuk properti dari sebuah pengembang terkemuka, yang tayang di televisi. Wajah ayu Fenny pun akrab menyapa pemirsa terutama di akhir minggu. “Bagiku rumah idaman adalah rumah yang bisa menjadi jaminan pada masa tuaku,” kata Fenny yakin. “Selain itu, rumah harus bisa menjadi investasi di masa depan. Orang boleh kaya, namun jika tak punya rumah tetap saja ia disebut miskin,” sambungnya.  

Tak sekadar besar
Memang, logiknya pernyataan Fenny boleh jadi pegangan kuat bagi orang untuk memiliki rumah idaman. Kalaupun berbeda persepsi, ia yakin rumah idaman harus bisa memberi nilai tersendiri bagi penghuninya. Seperti halnya, dalam pemilihan desain. “Aku lebih suka jika rumah memiliki area taman yang luas ketimbang bangunannya sendiri. Sehingga, sangat nyaman saat berkumpul dengan keluarga dan teman sembari ngobrol-ngobrol daripada di dalam rumah,” ungkapnya. “Jadi, bangunan rumah tak perlu besar, tapi cukup memiliki area taman luas saja,” Fenny beralasan.
Soal lokasi, Fenny pun sudah jauh mempertimbangkannya. Ia berprinsip awal utamanya adalah harus mempertimbangkan apakah kawasan itu berkembang dan memiliki infrastruktur yang cukup. Dalam pengertian luas misalnya, harus memiliki kawasan perkantoran komersial dan sebagainya. “Tak hanya itu. Akses pun harus jadi pertimbangan. Jadi, bukan sekadar dekat dengan jalan utama, atau bisa diakses dalam waktu lima menit dan seterusnya. Tapi, juga harus ada pertimbangan apakah transportasi umumnya memadai,” tuturnya lebih lanjut.
Jadi, menurut Fenny jalur transportasi umum itu harus bisa menjadi alternatif penghuni untuk mengakselerasi lokasi.  “Apalagi yang namanya konsep landed house selalu berada di pinggiran kota. Jadi, idealnya harus membutuhkan transportasi umum  sebagai alternatif,” terang Fenny lagi. Untuk kedepannya, Fenny yang sudah memiliki rumah di kawasan Cipete Jakarta Selatan ini juga berencana mempertimbangkan adanya kemungkinan untuk memiliki apartemen. Baginya, nomer satu adalah memiliki landed house. Sementara untuk apartemen, itu menjadi prioritas kedua. (smn)