RUMAH LOW MAINTENANCE
- Kategori Induk: ARSITEKTUR & DESIGN
- Diperbarui: Senin, 26 Oktober 2015 08:53
- Ditayangkan: Jumat, 03 April 2009 21:43
- Ditulis oleh admin1
- Dilihat: 5273
- 03 Apr
Selain itu, faktor jauh dari kebisingan juga menjadi pertimbangannya. Tak heran, lokasi inilah yang kemudian dipilihnya setelah cukup lama berburu di beberapa tempat.
Hunian yang berlokasi di daerah Cibubur, Bekasi ini terletak dalam lingkungan perumahan Citra Gran yang menerapkan sentuhan klasik modern pada tampilan bangunannya. Butuh negosiasi yang cukup panjang dengan pihak pengembang untuk dapat merealisasikan keinginan Febriyani. Akhirnya disepakati masih ada benang merah yang menyatukannya dengan lingkungan sekitar. Area kanopi yang didesain dengan bentuk lengkung menjadi penanda benang merahnya.
Hunian dua lantai dengan luas tanah 200 m2 dan total bangunan 196m2 ini dikemas dalam sentuhan arsitektur modern tropis. Atap miring, teritisan dengan banyak bukaan mempertegas konsep rumah tropis.
Mimpi Febriyani diaplikasikan juga dalam penataan ruangnya lewat keterlibatan yang cukup mendalam selama proses desain. Komunikasi dan kerjasama yang terjalin secara baik antara klien dan arsitek, menjadi kunci keberhasilan desain rumah ini. Tim arsitek dari PT. Jelajah Harmoni Cipta mendengarkan dengan seksama segala keinginan dan kebutuhan si klien. Termasuk tentang keinginan klien yang mendambakan rumah terbuka, plong tanpa sekat, dan banyak bukaan. Hingga kebutuhan ruangnya termasuk mushola atau letak kamar tidur utama di lantai dua demi alasan privasi.
“Klien kami ini sangat mengutamakan privasi, dan menginginkan batas yang jelas antara area servise dan ruang utama”, tutur Jessi Martino Tjiptoning mewakili tim arsitek. Karenanya layout rumah didesain dengan membuat batas yang tegas dalam penempatan zone-nya. Zone utama ditempatkan di area tengah lahan, sementara zone servise di area samping. “Masing-masing zone memiliki akses tersendiri sehingga tidak saling terganggu. Dengandemikian tanpa masuk ke ruang utama, kegiatan di zone servise masih tetap dapat berlangsung”, ujar Jessi lebih lanjut. Zone servise yang terdiri dari dapur, ruang tidur pembantu, kamar mandi, gudang serta akses ke carport dan halaman belakang didesain seakan memiliki kehidupan tersendiri.
Kondisi lahan yang lebih tinggi dari jalan raya diolah dengan baik. Lansekap di area depan dibuat mengikuti kontur tanah, yang memberi kesan seolah-olah tanahnya lebih luas. Taman hanya diisi rumput dan sedikit tanaman iris sebagai pemanis. Selebihnya, terdapat tangga berundak yang mengarah ke pintu masuk utama.
Memasuki pintu utama, yang terlihat adalah ruang yang plong, terbuka tanpa sekat, dan dikelilingi oleh banyak jendela yang mengarah ke taman samping dan belakang. Jendela didesain setinggi daun pintu, sehingga ruangan dalam terasa makin luas saat jendela terbuka. “Saya suka mengundang tamu. Biasanya kegiatan pesta atau barbeque diadakan di lantai bawah, termasuk di area taman.” ujar Febriyani. Lantai satu adalah zone publik, namun lantai dua adalah zone privat. Hanya orang-orang terdekat saja yang saya ijinkan naik ke lantai dua. tukas Febriyani, penyuka warna merah ini lebih lanjut.
Lantai satu ditempatkan fungsi ruang duduk, ruang makan dan pantry. Sementara untuk kamar tidur utama, dua buah kamar tidur anak dan musholla terdapat di lantai atas. Tatanan ruang ditata secara kompak melalui pemanfaatan ruang seefisien mungkin.
Semisal pemanfaatan area bawah tangga sebagai gudang, atau sisi dinding bordes sebagai tempat penyimpanan sepatu. Sebagai pembatas area servis dengan area publik, arsitek memilih desain kisi-kisi yang terbuat dari plat besi. Posisi plat besi disusun miring dan vertikal sehingga menutup pandangan dari salah satu sisi. Desain kisi-kisi ini selain memberi privasi, juga menjamin sirkulasi udara berjalan dengan lancar dari luar ke dalam ruangan.
Terkait dengan kebutuhan rumah, Febriyani mendambakan rumah yang low maintenance, mengingat kesibukannya yang sangat padat. Ibaratnya bila rumah ini tidak dibersihkan selama seminggu pun, kondisinya masih tetap oke. Sudut-sudut rumah dibuat simpel, menghindari banyak lekukan. Demikian pula dalam memilih desain kolam dan taman. Sengaja dinding kolam tidak dialiri air mengalir, untuk menghindari tumbuhnya lumut di kemudian hari.
Konsep low maintenance juga diterapkan dalam tatanan interior yang didesain dengan simpel namun tetap menarik. Dibantu desainer interior, Faini Indriana, tampilan interior terlihat sangat pas dengan kemasan bangunannya. Sofa berbentuk L-shape warna
krem tampil senada dengan kursi meja makan. Di ruang duduk, terdapat hanging table untuk perletakan televisi yang berlatar panel kayu warna merah mahony.
Klimaks dari ruang-ruang di rumah ini ada di kamar tidur utama. Didesain secara komprehensif antara kamar tidur, kamar mandi, dan area wardrobe, ruangan ini terlihat sangat nyaman. Warna merah kembali digunakan sebagai back panel tempat tidur. Ruangan ini juga dilengkapi dengan balkon mungil dan deretan bukaan berupa jendela besar. Sudut kamar menghadap balkon menjadi tempat favorit Febriyani saat santai membaca buku sambil menghadap view luar yang hijau.
Bagi Febriyani, kamar tidur menjadi tempat beristirahat paling nyaman seusai lelah beraktifitas di luar. Home sweet home sesungguhnya bagi Febri, ada di ruangan ini.