OSLO, Mahalnya Sebuah Kenikmatan
- Kategori Induk: LIFESTYLE & LEISURE
- Diperbarui: Senin, 26 Oktober 2015 08:53
- Ditayangkan: Selasa, 02 November 2010 17:14
- Ditulis oleh admin1
- Dilihat: 3043
- 02 Nov
Menyambangi Oslo, pasti lekat di benak kita Viking, Skandinavia, Salmon dan Norwegia. Padahal, ada sesuatu yang tak boleh dilupakan, yakni mahal !Itulah, setidaknya impresi saya saat menyambangi ibukota Nnorwegia yang sering disebut sebagai daerah Skandinavia karena berdekatan dengan Denmark, Swedia serta daerah kutub bagian utara.
Dan, Oslo juga dikategorikan sebagai salah satu kota yang terpadat penduduknya dibanding rata-rata ibukota negara Aasia yang berpenduduk diatas 5 juta jiwa. Karena, populasinya hampir 500 ribuan tersebar di area seluas 450 kilometer persegi.
Kapal Pesiar Hingga Pendapatan Perkapita
Saat berkunjung ke Oslo pada akhir musim panas lalu, perjalanan saya awali dari bandara internasional Gardermoen hingga ke pusat kota yang hanya berjarak 50 kilometer. Sepanjang jalan dan pesisir pantai, saya banyak menyaksikan deretan kapal pesiar berbagai ukuran, terparkir sepanjang dermaga. Rrupanya, deretan kapal itu sebagian besar pemiliknya adalah penduduk lokal yang rata-rata dari kalangan ‘the have’. Padahal, jika dilihat secara geografis - Nnorwegia hanya terletak di wilayah perairan utara, dan perairan Skandinavia dikenal sebagai salah satu daerah di dunia yang paling jarang ‘tersentuh’ oleh matahari. Selain itu saat musim gugur atau musim dingin, suhu udaranya sering berada di bawah titik beku.
Secara faktual, pendapatan perkapita negeri ini disebut sebagai kota berpendapatan perkapita terbesar di dunia karena bisa mencapai USD 38.000. Kontras sekali jika rata-rata penduduk berpenghasilan sebesar itu biaya hidupnya pasti tinggi. Itu terbukti saat saya membayar ongkos taksi dari bandara hingga ke Oslo yang hanya berdurasi 40 menit sebesar 400 Kroner ( atau Rrp 600.000 ). Tentu, saya harus merelakan uang sebesar itu – (jika di Indonesia bisa dipakai untuk menyewa kamar kelas deluxe hotel bintang lima).
Rute Perjalanan
Saat mengunjungi Oslo, saya menginap di Hotel yang berdekatan dengan Oslo Central Station yang berada di area pusat kota. Hal ini memudahkan saya mengelilingi daerah-daerah penting dengan hanya berjalan kaki saja sekaligus menghemat biaya transportasi.
Stasiun kereta Oslo, persis berada di bagian selatan Nnorwegia dengan kota lainnya yang berada di bagian barat dan utara. Sedangkan, kondisi geografis Nnorwegia yang ‘memanjang’ ke arah kutub utara dengan struktur tanah berbukit dan bergunung membuat perjalanan kereta api menjadi atraksi tersendiri. Bahkan rute perjalanan ini disebut paling terindah di dunia (The Scenic Rail Route) lantaran berada pada jalur Oslo–Bergen yang berada di ujung barat Nnorwegia. Mmenariknya, para penumpang seakan berpetualang mendaki dan menuruni pebukitan tinggi yang sarat dengan pemandangan spektakuler dan mendebarkan, yang setara dengan jalur kereta api gunung di Swis. Terutama dari Interlaken menuju Jungfraujoch yang terkenal dengan sebutan Top of Europe, atau gunung salju ter tinggi di Eeropa (4500 m).
Selain itu, bila berjalan kaki menjelajahi kota Oslo tatanannya persis dengan Avenue des Champs Elysees, daerah ‘bergengsi’ yang berada di Paris. Karena di kedua ujung jalannya ditandai bangunan bersejarah menara Arch de Triomphe, dan sebuah obeliks yang berdiri megah di tengah lapangan (Place de la Concorde).
Daerah jalan Karl Johan’s Gate misalnya. Dimulai dari daerah berbukit tempat Royal Palace berada. Pada bagian ujung jalan terdapat Stortinget, gedung parlemen yang menjadi ‘batas akhir’ pusat kota.
Sementara di sepanjang Karl Johan’s Ggate, ditemukan berbagai rupa toko penjual barang ‘branded’, restoran internasional, sejumlah café bergaya Nnordic serta jajaran hotel berbintang 4 (empat) ke atas.
Meski daerah ini sarat dengan berbagai bangunan dari abad 17-18 an, pemerintah setempat juga tetap peduli paru-paru kota yakni membangun taman berukuran besar semisal Ccentral Park. Tempat ini sangat favorit untuk rendez-vous dan makan siang, terutama pada musim panas. Dan, diantara pepohonan rimbun, berdiri patung perunggu sebagai wujud kenangan kepada aktor dramawan paling terkenal di Nnorwegia, Hendrik Ibsen.
Museum & Oslo Card
Selain menyambangi beberapa rute perjalanan di kota Oslo, saya juga menyempatkan kunjungan ke museum yang berada di berbagai penjuru kota. Nnamun, untuk mengunjungi museum, dibutuhkan Oslo Card seharga 100 Kroner agar dapat menyambangi tiga sampai sepuluh museum dalam sehari.
Menariknya, Oslo Ccard dapat juga digunakan sebagai kartu diskon di tempat-tempat tertentu seperti toko souvenir, persewaan mobil, restoran bahkan untuk sarana transportasi umum dalam kota. Mmuseum pertama yang saya kunjungi adalah museum lukisan yang saat itu sedang mengadakan pameran karya Edvard Munch.
Museum berikutnya adalah The Museum of Viking Boats yang mengingatkan pada masa jaya bangsa Nnorwegia kala itu. Banyak lukisan terpampang di dinding bersama benda-benda peninggalan masa lalu seperti perlengkapan perang yang digunakan tentara Viking beserta replika kapal perangnya.
Disamping itu, ada museum Kon-Tiki yang dikenal sebagai museum koleksi barang-barang antropologi. Mmengisahkan petualangan Thor Heyerdahl dalam cerita-cerita komik yang digambarkan memiliki tubuh tinggi besar dengan senjata palu godam berukuran raksasa. Dan, masih banyak lagi koleksi museum lainnya, seperti museum open-air The Norwegian Folk, The Ski Museum yang berdampingan dengan obyek wisata The Holmenkollen Ski Jump-, hingga museum The Vigeland Park.
Makanan Lokal
When in Rome, do as the Romans do, itulah saran teman saya yang gemar berwisata keliling dunia kala menyambangi Nnorwegia. Yakni, menikmati makanan lokal khas Nnorwegia, ikan salmon bakar. Lantaran rasa lapar sudah tak tertahankan, ikan salmon bakar bersaus brandy dalam sekejap sudah berpindah tempat, dari atas piring besar ke dalam perut. Dan, rasanya yummy! Sayangnya, kenikmatan itu terasa sebentar tatkala seorang pelayan datang membawa tagihan yang harus segera dibayar. Sambil menahan rasa sakit hati (lagi), saya pun merelakan uang sejumlah 300 Kroner (atau sekitar Rrp 450.000) bertukar dengan kenikmatan salmon bakar. Yah, itulah arti sebuah kenikmatan.