NEKAT, atau Tak Punya Rumah Sampai Tua

“Sudah punya apa kamu hingga berani mau menikahi anak saya?

Anak saya akan tinggal di mana setelah kamu nikahi?”


PERNAH mendapat pertanyaan seperti itu kala melamar gadis impianmu? Bukan lantaran sang orang tua bersifat matre, namun begitulah salah satu cara mereka mengamankan masa depan anaknya. Suatu saat, setiap kita pasti akan merasakan hal yang sama.

Bukan mau mengajari harus mundur teratur, pertanyaan di atas justru harusnya menjadi pemacu. Itu pun jika Anda memang benar mencintai si kekasih hati. Bukankah Anda juga ingin orang tercintamu hidup dengan nyaman tanpa harus repot lantaran harus sering pindah rumah? Untuk niatan memiliki rumah, orang-orang muda sudah harus memantapkan diri dan niatannya. Jika perlu, bersikap nekatlah!

Jangan terlena lantaran hidup nyaman di “pondok mertua indah”. Jangan pula “memuja” rumah sewaan yang mewah, lantaran merasa tak mampu memiliki rumah sendiri dengan bangunan serupa. Bisa jadi, sikap inilah yang akan membuat Anda semakin jauh dari kenyataan memiliki hunian sendiri.

Paksakan Diri Menabung
Yakinlah, bagaimanapun keadaan rumah Anda nantinya, milik sendiri akan selalu membawa kenyamanan yang luar biasa. Jadi, jika belum mampu membeli rumah mewah, tak ada salahnya beli yang sederhana dulu. Toh , itu tetap akan jadi milik Anda. Paksakan menabung untuk membayar uang muka atau DP. Setelah itu, tekan gaya hidup kamu agar cicilan bisa terbayar lancar.

Jangan Tertinggal Harga properti
Pernah lihat ada rumah yang harganya turun saat dijual kembali? Jawabannya pasti tidak. ya, bagaimana pun kondisi sebuah properti, harganya tak pernah turun, bahkan terus meningkat.

Begitulah tren yang terjadi di dunia properti. Kenaikan harga properti setiap tahunnya sudah biasa pasti terjadi. Semakin Anda menunda membeli rumah dengan dalih belum mampu, maka kemampuan itu bisa jadi takkan pernah datang. Harga properti terus naik setiap tahunnya. Setidaknya ada dalam kisaran normal 20 -26 persen. Bagaimana dengan penghasilan? Kenaikan penghasilan rata-rata karyawan di Indonesia adalah 10 -13 persen. Tidak sebanding bukan?

Manfaatkan Usia Muda!
Coba datangi bank terdekat yang memiliki fasilitas kredit pemilikan rumah (KPR). Penerima kredit maksimal berusia 55 tahun kala kredit berakhir. Artinya, semakin muda usia saat mengajukan KPR, maka kemungkinan mendapat persetujuan bank masih sangat besar.

Tak hanya kemungkinan mendapat persetujuan, nominal cicilan pun bisa semakin ringan. Di usia muda, bisa saja mendapat kredit dengan tenor lebih panjang. Lebih
bersahabat dengan kantong, bukan?