Menata & Memberi Fungsi Ruang Transisi

     RUANG TRANSISI SERING TAK TERABAIKAN. ADA KECENDERUNG MENGANGGAPNYA HANYA SEBAGAI RUANG SIRKULASI. SESUNGGUHNYA RUANG TRANSISI MEMILIKI POTENSI MEMBUAT HUNIAN MENJADI LEBIH ARTISTIC.

     Pada tiap desain bangunan akan selalu dijumpai space antar- ruang yang disebut ruang antara/transisi. Tanpa ruang transisi, desain arsitektur bisa dikatakan kurang lengkap. Demikian pula pada sebuah rumah tinggal. Cobalah cermati hunian Anda! Ruang transisi pada hunian, bisa jadi hanya berupa ruang sirkulasi yang menghubungkan dua ruang berbeda. Namun, ruang transisi juga dapat berupa space cukup luas seperti teras, foyer, tangga serta area sekitarnya, dan sebagainya. Lalu, bagaimana mengeksplorasi ruang transisi agar membuat hunian lebih artistik?

Tahapan Menata

     Untuk mendukung kreativitas Anda mengeksplorasi ruang transisi, cermati tiga tahap berikut ini.
• Tetapkan “fungsi tambahan“yang ingin diberikan pada ruang transisi. Misalnya, kita menetapkan fungsi tambahan teras sebagai ruang untuk menerima tamu serta ruang santai keluarga.
• Pertimbangkan penambahan furnitur yang sesuai untuk menunjang fungsi terpilih.
• Menata dan melengkapi ruang tersebut dengan aksesori yang sesuai agar terlihat menarik.

Ide Penataan

     Berikut beberapa ide fungsi tambahan yang bisa diterapkan pada ruang transisi pada hunian. Bisa jadi ini tidak sama persis dengan kondisi hunian Anda, namun setidaknya dapat memberi inspirasi untuk melahirkan ide- ide kreatif penataan ruang transisi yang ada.

     Ruang transisi sebagai ruang tamu sekaligus ruang santai Ruang transisi yang dapat mengemban fungsi tambahan sebagai ruang penerima atau ruang tamu baik sementara ataupun permanen serta sebagai ruang santai adalah teras dan/atau foyer. Teras merupakan ruang transisi antara ruang luar (halaman) dan ruang dalam. Foyer yang berada di area dalam, juga merupakan transisi antara ruang luar (halaman/teras) dan ruang dalam (yang lebih privat, seperti ruang tamu khusus dan ruang keluarga). Untuk menyulap teras dan/atau foyer menjadi ruang tamu sekaligus ruang santai bagi keluarga, perlu ditambahkan furnitur set kursi sederhana tapi nyaman, seperti kursi rotan/ kayu, bench, dan sejenisnya, dilengkapi meja pendek atau coffee table.

Ruang transisi sebagai galeri seni

     Ruang transisi yang dapat dimanfaatkan sebagai “galeri seni”, antara lain foyer, ruang sirkulasi antaruang, serta tangga dan area sekitarnya. Konteks galeri seni di sini adalah ruang pajang untuk berbagai karya seni 2D/3D, seperti lukisan, foto, patung/sculpture, keramik, dan sebagainya. Pemajangan dapat dilakukan dengan meletakkan objek pada lantai atau menggantungnya pada dinding dan/atau plafon. Benda-benda seni akan membuat hunian semakin estetis, dan mengundang siapa pun yang lewat untuk menikmatinya. Jika perlu tambahkan furnitur khusus untuk area pajang seperti meja konsol.

Ruang transisi sebagai perpustakaan

     Sebuah perpustakaan tak harus dibatasi empat dinding dan selalu tertutup. Sebuah rak buku ( bookshelves) sederhana pun bisa berarti sebagai perpustakaan. Rencanakan sebuah open library dengan memanfaatkan ruang transisi, seperti ruang sirkulasi antarruang atau area sekitar tangga. Punggung buku warna-warni yang berjajar rapi akan menjadi keindahan yang unik. Selain desain khusus rak buku, tambahkan 1−2 buah kursi baca yang simpel dan nyaman agar siapa pun betah berlama-lama menikmati bacaan. Pajanglah beberapa benda seni atau pernak pernik unik sebagai aksesori pada beberapa bagian rak.

Ruang transisi tempat bermain musik

     Jika keluarga Anda menyukai memainkan musik, manfaatkan ruang transisi untuk menempatkan organ/piano, gitar, saksofon, atau alat musik lain yang sesuai. Pajangan alat musik dapat menambah estetika ruang. Area itu—misalnya antara ruang keluarga dan ruang tamu—juga bisa menjadi area bermain musik. Tambahkan furnitur pendukung yang sesuai.

Pertimbangan Fungsi dan Estetika

     Penambahan fungsi pada ruang transisi hendaknya tidak mengganggu kesinambungan ruang-ruang yang dihubungkan. Penataan juga perlu mempertimbangkan karakter/perilaku pengguna (anggota keluarga). Misalnya, tidak perlu memaksakan diri memajang organ jika tidak ada yang akan memainkannya. Jadi, kelak ruang transisi itu tidak kehilangan fungsi utamanya sekaligus memiliki fungsi tambahan yang efektif dan efisien serta menarik sehingga meningkatkan estetika hunian.

     Perubahan elemen ruang dapat menjadi pertimbangan estetis. Misalnya, Anda bisa mengganti motif/warna lantai, dinding, dan plafon untuk menciptakan aksen, menambahkan karpet untuk menambah estetika, dan lain-lain. Pencahayaan khusus juga bisa menjadi pertimbangan, misalnya lampu baca untuk area open library, lampu spot untuk mengekspos lukisan, dan sebagainya.