Pulang Basamo ke Ranah Minangkabau

Alam dan budayanya memukau, kulinernya onde lamak, arena belanjanya pun bikin kalap.

 

 

 

 

Pengantar Redaksi :  Pertengahan Juli lalu, Majalah Rumahku diundang oleh Fadli Zon untuk mengunjungi Rumah Budaya di Padang Panjang, dalam program Fadli Zon Indonesia Press Trip. Dua tulisan akan kami sajikan dalam rubric Wisata & Arsitektur. Inilah oleh-oleh Simon Andar bersama fotografer Dadan Rukardan yang mengikuti perjalanan tersebut.

 

 

JAM GADANG
Dari sana, kami bergegas mengunjungi Jam Gadang (foto) yang berada tepat di tengah-tengah pusat kota Bukit tinggi. Simbol khas kota Bukittinggi dan Sumatera Barat ini dibangun pada tahun 1926 oleh arsitek Yazin dan Sutan Gigi Ameh. Jam ini dibangun sebagai hadiah dari ratu Belanda kepada Controleur (Sekretaris Kota) Bukit Tinggi. Dalam perjalanan sejarahnya jam Gadang memiliki cerita dan keunikan. Hal itu dapat ditelusuri dari ornamen pada jam Gadang. Pada masa penjajahan Belanda, ornamen jam ini berbentuk bulat dan diatasnya berdiri patung ayam jantan Sedangkan, pada masa penjajahan Jepang, ornamen jam berubah menjadi klenteng. Dan, pada masa setelah kemerdekaan, bentuk ornamennya kembali berubah dengan bentuk gonjong rumah adat Minangkabau. Angka-angka pada jam tersebut juga memiliki keunikan. Angka empat pada angka romawi biasanya tertulis dengan IV, namun di Jam Gadang tertera dengan IIII.

 

AIE ANGEK COTTAGE
Sekitar pukul sepuluh pagi, kami telah berada di rumah Budaya Fadli Zon yang berdampingan dengan tempat penginapan Aie Angek Cottage. Edin Hadzalic, General Manager Rumah Budaya Fadli Zon (foto) menyambut kami dengan ramah sembari menawarkan kopi hangat nan harum buatan anak negeri Minangkabau. “Selamat datang di Rumah Budaya Fadli Zon, silahkan sejenak istirahat sambil kemasi barang ke dalam kamar Cottage,” kata laki-laki kebangsaan Serbia itu. Habis melepas lelah, Edin mengajak makan siang di Restauran Aie Kadairun, resto yang tempatnya tak seberapa jauh dari Aie Angek Cottage. Resto ini sangat istimewa dengan aroma kuliner orisinil asal Minang. Suasana yang nyaman dan hangat langsung terasa saat kami memasukinya. “Onde lamak, kata salah satu teman saat menikmati sajian lezat kuliner Minang itu”. Setelah bersantap, kami kembali beranjak menuju Aie Angek Cottage. Dari sana kami dapat melihat dengan jelas Rumah budaya Fadli Zon. Latar belakang Gunung Singgalang dan Gunung Merapi menambah apik pemandangan Rumah Budaya Fadli Zon. Setelah itu, kami pun bertolak menuju Bukit Tinggi yang terletak beberapa kilometer dari Padang Panjang.

 

TENUN PANDAI SIKEK

Banyak hal yang menarik di Padang Panjang. Salah satunya adalah desa para pengrajin tenun di Pandai Sikek (Foto). Tempat ini sangat identik dengan tenun atau songket yakni benang katun dan benang emas yang ditenun dengan tangan, diatas alat yang bernama panta sehingga menjadi kain, kain balapak atau kain bacatua yang sering dipakai pada pesta perkawinan. Corak benang dan motifnya pun sangat spesi k dengan daerah tersebut. Dandikenal sampai sekarang sebagai motif-motif Sungayang, motif Koto Gadang dan lain-lain. 

 

ISTANA PAGARUYUNG

Istana Pagaruyung (foto) dibangun oleh keluarga kerajaan Pagaruyung di Batusangkar yang mempunyai ciri khas Minangkabau. Berbentuk rumah Gadang dengan arsitektur tradisional Minangkabau. Sedangkan pembangunannya dilakukan pada 1976 diatas sebidang tanah yang diwakafkan oleh keturunan keluarga kerajaan Pagaruyung. Di sekitar istana ini kita dapat menikmati keindahan alam dengan udara yang sejuk. Terletak di Kecamatan Tanjung Emas, Kota Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar, Pagaruyung adalah lokasi kediaman Raja Minangkabau sebagai pusat pemerintahan yang pada abad ke- 14 merupakan diungsikan dari sungai Batanghari.

 

KERAJINAN AMAI SETIA

Amai Setia merupakan sekolah kerajinan yang didirikan kartini Minang, Rohana Kudus, wartawati pertama asal Minangkabau. Namun, tempat itu kini telah berubah menjadi toko cenderamata. Pada bagian atas bangunannya, terlihat tulisan; KERADJINAN AMAI SETIA 1915 (foto). Masih dengan ejaan lama dan bentuk bangunannya benar-benar peninggalan penjajah Belanda. Lantai dasar bangunan terletak beberapa meter dari permukaan tanah.

 

Satu Jam Menuju Padang
Sambil duduk di atas kursi yang nyaman dan mendengarkan musik melalui ear phone di dalam burung besi Lion Air, teruntai berbagai keinginan dalam pikiran : rasanya ingin cepat mendarat di bumi Minangkabau. Tak terasa saya sudah melayang-layang di langit Padang. Sekitar pukul 09.00 pagi pesawat berlambang singa ini pun mendarat dengan mulus di Bandara Internasional Minangkabau. Dua orang kru Aie Angek Cottage, telah menunggu di pintu keluar dengan kertas bertuliskan ‘Nama-Nama Wartawan Peliput’. Selamat Datang di Padang.